• Mengenal Puasa Umat Terdahulu


    Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, - al Baqarah 183

    Puasa adalah salah satu Ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah melalui lisan nabi-nabinya bahkan jauh sebelum kedatangan Nabi Muhammad. Seperti yang difirmankan dalam ayat diatas, puasa juga diwajibkan kepada umat terdahulu, seperti Ahlu Kitab, Yahudi dan Nasrani, atau bahkan Hindu, Budha, dann agama lain yang notabenenya diklasifikasikan sebagai agama ardhi.

    Setiap umat terdahulu memiliki caranya sendiri dalam berpuasa yang beberapa diantaranya masih dilestarikan sampai sekarang, terlepas apakah praktiknya masih sesuai dengan praktik di saat pertama kali diperintahkan Allah. Mengetahui bagaimana mereka berpuasa adalah salah satu hal yang dapat menambah khazanah ke-Islaman kita dan juga menambah keyakinan kita bahwa Islam memang di bangun atas pondasi yang telah ditinggikan oleh Nabi-Nabi terdahulu.

    Yahudi

    Umat Yahudi mengenal beberapa hari yang dikhususkan untuk berpuasa. Namun satu-satunya puasa yang diperintahkan dalam Taurat adalah Yom Kippur / Hari Pendamaian (Lev. 16:29–31; 23:27–32; Num. 29:7), selainnya adalah puasa sebab berkabung atau puasa-puasa sunnah kecil lainnya.



    Puasa Major, yakni Yom Kippur dan Tisha b’Av dilakukan dengan menahan makan dan minum dari maghrib hari sebelumnya hingga Tzeit haKochavim di hari kemudian, yakni ketia telah muncul 3 bintang. Selain itu mereka juga dilarang berkerja, bersetubuh, mandi, malahan menggunakan minyak sapuan atau krim. Sementara itu, puasa minor dilakukan dari Alot haSachar (fajar) hingga Tzeit haKochavim atau cukup saat maghrib. Bila puasa jjatuh pada hari sabtu, maka pelaksanaan puasa ditunda gingga hari Minggu, kecuali puasa Yom Kippur. 

    “Agama ini akan senantiasa menang selama manusia (kaum muslimin, pent) menyegerakan berbuka, karena Yahudi dan Nasrani mengakhirkan buka sampai munculnya bintang” - Sunan Abi Dawud, 

    Yom Kippur dilakukan di kisaran bulan September, yakni tepatnya pada hari ke 10 bulan Tishri, 10 hari setelah tahu baru Yahudi atau yang biasa disebut sebagai Rosh ha-Shanah. Dalam Agama Yahudi, Yom Kippur disebut sebagai hari pertaubatan yang mana pada hari ini Allah mengampuni dosa-dosa tahun sebelumnya dan pada hari ini juga nasib umat Yahudi ditentukan untuk tahun berikutnya. 

    Puasa Yom Kippur ini dalam Islam paralel dengan Puasa Asyura yang dilakukan pada tanggal ke 10 bulan pertama kalender hijriyah, Bulan Muharram. Hal ini seperti yang kita temukan dalam hadits:

    Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma, beliau berkata,“Ketika tiba di Madinah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mendapati orang-orang Yahudi melakukan puasa ’Asyura. Kemudian Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bertanya, ”Hari yang kalian bepuasa ini adalah hari apa?” Orang-orang Yahudi tersebut menjawab, ”Ini adalah hari yang sangat mulia. Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya. Ketika itu pula Fir’aun dan kaumnya ditenggelamkan. Musa berpuasa pada hari ini dalam rangka bersyukur, maka kami pun mengikuti beliau berpuasa pada hari ini”. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lantas berkata, ”Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada kalian.”. Lalu setelah itu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa.” - HR. Muslim

    Puasa major lainnya, Tisha b‘Av adalah hari perkabungan dimana pada hari ini yakni tanggal 9 Bulan Av, Bait Allah, atau boleh kita katakan Ka’bah Yahudi di Yerusalem, dihancurkan. Selain berpuasa, pada hari ini juga didaraskan Kitab Ratapan dan Kitab Ayub. 


    Diantara persitiwa buruk yang terjadi pada tanggal ini menurut menurut Mishnah Taanit 4:6 adalah: (1) Allah menghukum bangsa Yahudi, yaitu setiap orang berusia 20 tahun ke atas saat itu tidak akan menginjakkan kaki ke tanah Kanaan, kecuali Yosua dan Kaleb. (2) Kehancuran Bait Suci pertama yang dibangun oleh Nabi Sulaiman Nebukadnezar II pada tahun 586 SM (3) Kehancuran Bait Suci kedua yang dibangun oleh Nabi Ezra dan Nabi Nehemia di tangan tentara Romawi pada bulan Agustus 70 M (4) Tentara Roma menghancurkan pemberontakan Bar Kokhba dan menghancurkan kota benteng Betar, membunuh lebih dari 100.000 orang Yahudi, pada tanggal 8 Juli 132 (5) Sebagai kelanjutan pengepungan Yerusalem tahun 70 M, jenderal Romawi Turnus Rufus menghancurkan bekas-bekas Bait Suci dan daerah sekitarnya tahun 133.

    Sementara itu, puasa minor diantaranya: (1) Shiva Asar be-Tammuz, 17 Tammuz, ketika Romawi telah mencapai tembok kota Yerusalem, dipercayai juga bahwa pada hari ini Nabi Musa memecahkan luh-luh perintah Allah setelah meilihat umat Yahudi menyembah patung anak sapi buatan Samiri. (2) Tsom Gedaliah, 3 Tishrei, yakni untuk memperingati kematian Gedaliah ben Ahikam. (3) Asarah be-Tevet, 10 Tevet, puasa ini menandai saat pengepungan pertama oleh Nebuchadnezzar. (4) Ta’anit Esther, 13 Adar, adalah peringatan penyelamatan umat yahudi Persia dari Haman oleh Ratu Eshter. (5) Ta’anit Bekhorim, Puasa Anak Sulung, 14 Nisan, yakni puasa yang dilakukan oleh anak sulung untuk mengingat salah satu 10 kutukan terhadap mesir yakni terbunuhnya semua anak sulung Mesir.

    Diluar kesemuanya itu, juga dikenal beberapa puasa sunnah yang dianjurkan oleh para Rabbi diantaranya: (1) Selama 10 Hari Puasa Penyealan (diantara Rosh haShanah dan yom Kippur) (2) Selama Bulan Elul. (3) Setiap Senin dan Kamis. (4) Selama 3 mminggu berkabung diantara 17 tammuz dan 9 Av. (5) 7 Adar, saat meninggalnya Nabi Musa. (6) Yahrzeit / Haul kematian orang tua atau guru. (7) Bila gulungan Taurat terjatuh, maka sesuai tradisi seluruh jamaah yang hadir berpuasa.


    Nasrani

    Orang-orang Nasrani sama seperti orang-orang Yahudi merupakan Ahlu Kitab, mereka juga turut berpuasa sebagai salah satu amalan agama mereka. Pada dasarnya, dalam Injil mereka, Isa al-Masih (Yesus Kristus) tidak secara tegas menentukan masalah puasa. Dengan begitu, hal-hal serupa diserahkan kepada gereja. 


    Umat Nasrani secara umum terbagi mmenjadi tiga mazhab, yakni Katolik, Protestan, dan Protestan. Setiap mazhab memiliki cara berpuasa yang berbeda satu sama lain. Diantara ketiganya tidak ada kesatuan pendapat tentang menentukan puasa fardu/wajib.

    Pengikut mazhab Katolik mengenal puasa dan pantang. Puasa didefinisikan sebagai makan kenyang hanya sekali sehari yang waktunya dapat dipilih sendiri pagi, siang atau malam. Pantang berarti memilih pantang daging, atau ikan atau garam, atau jajan atau rokok. 

    Hari dan waktu tobat ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun dan masa prapaskah. Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap 14 tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh. Sementara itu, puasa minimal dalam setahun adalah Hari Rabu Abu dan Jumat Agung, namun terdapat pula yang berpuasa dalam ketujuh hari Jumat dalam masa Prapaskah atau bahkan setiap hari dalam masa Prapaskah.

    Dari ‘Amr bin Al-‘Ash r.a, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya pembeda antara puasa kita dengan puasa Ahlul Kitab adalah makan sahur.” - HR. Muslim

    Dalam mazhab Protestan, puasa menjadi amalan sukarela dan bersifat pribadi saja kerana tiada nas Injil yang mewajibkannya. Mazhab ini tidak menentukan masa untuk berpuasa dan ia juga tidak menentukan umur seseorang untuk berpuasa. Ibadah puasa sepenuhnya diserahkan kepada pilihan atau kemauan pengikutnya, bila mereka ingin berpuasa dan bila pula mereka ingin berbuka.


    Sedikit berbeda, mazhab Ortodoks memiliki aturan tersendiri dalam berpuasa, meskipun detailnya pada akhirnya ditentukan berdasarkan gereja ortodoks apa yang diikuti oleh seseorang penganut Nasrani. 

    Dalam mazhab ini, dikenal beberapa puasa: puasa harian: Rabu (sebagai peringatan hari Yesus Kristus dikhianati Yudas) dan Jum’at (sebagai peringatan hari Penyaliban Yesus Kristus), puasa Agung Catur Dasa, dan puasa peringatan lainnya. 

    Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahawa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.Tetapi kalau kalian berpuasa, cucilah mukamu dan sisirlah rambutmu, supaya tak ada yang tahu bahwa kalian berpuasa, kecuali Bapamu yang tidak kelihatan itu saja. Dia melihat perbuatanmu yang tersembunyi itu dan akan memberi upah kepadamu." - Injil Matius 6:16

    Puasa Agung Catur Dasa dilakukan selama 40 hari sebelum Paskah ini dalam Gereja Orthodox ini disebut sebagai: Tessarakosti (Empat puluh). Gereja Roma Katolik dan Protestan menyebutnya sebagai Puasa Pra-Paskah, meskipun tanggal pelaksanaannya berbeda, karena perbedaan kalender yang digunakan. 

    Disamping puasa agung, ini masih ada beberapa puasa lain dalam Gereja-gereja Orthodox disamping puasa harian Rabu dan Jum’at, yaitu Ephiphani, menjelang Natal dari 15/28 November sampai dengan 24 Desember/6 Januari yang bersifat tarak artinya tak berpuasa penuh hanya pantang makanan yang berasal dari binatang hidup, dan lain-lain.

    Selama masa puasa ini diadakan Sembahyang sore setiap hari sebanding dengan ”Sholat Tarawih”. Dan selama puasa ini ummat tidak makan apapun, kecuali pada hari berbuka sekali saja sore hari, Dan makanannya adalah vegetarian artinya tanpa makanan dari binatang, kecuali hari Sabtu dan Minggu diijinkan makan ikan, untuk mengingatkan bahwa tujuan puasa ini adalah menuju kepada fitrah seperti Adam sebelum jatuh dalam dosa, dimana pada saat itu dia hanya diberi makanan dari sayur-sayuran dan buah-buahan saja (Kejadian 1:29), dan hubungan suami-isteri tidak dilakukan selama masa puasa ini (I Kor. 7:5).

    Tradisi Agama Lain


    Shabiah

    Umat Shabiah, yang mana mereka menghubungkan ajaran agama Shabiah dengan Nabi Yahya melaksanakan puasa dalam setahu sebanyak 36 hari. Puasa mereka ialah tidak makan daging, yang mereka menyebutnya sebaagai puasa kecil. Sementara itu puasa besar adalah berpuasa dari memberitakan segala kebohongan, kecurangan, dan berpuasa dari melakukan dosa. 

    Hindu

    Dalam kitab Vedic, golongan beragama Hindu sangat dianjurkan untuk melakukan puasa pada hari Ekadasi. Ekadasi merupakan bahasa Sanskrit yang bermaksud hari kesebelas, Eka bererti satu dan Dasa bererti sepuluh, yakni hari kesebelas yang dihitung mulai dari sehari setelah purnama (bulan purnama) menjadikannya dua hari dalam sebulan.

    Buddha

    Puasa dalam agama Buddha disebut sebagai Uposatha, puasa bukanlah merupakan suatu perbuatan wajib dalam agama Buddha, sekiranya ada penganut agama Buddha yang berpuasa. Ia selalu dilakukan berdasarkan kalender agama Buddha yang juga bergantung kepada peredaran bulan, berpuasa dilakukan pada bulan cerah dan bulan purnama atau hari 1 dan 15 kalender Buddhist.  Uposatha difahami dengan maksud hari yang dilalui dengan berpuasa.

    Kesimpulan

    Kajian khazanah ini mencoba menjelaskan bagaimana Ahlu Kitab dan Umat Agama yang lai melaksanakan puasa. Tujuan darinnya agar kita dapat mengetahui persamaan juga perbedaan antara ajaran puasa agam islam dan agama yang lain. Ujung darinya adalah agar kita bertambah yakin bahwa menambah keyakinan kita bahwa Islam adalah ujung dari jalan-jalan yang telah diluruskan dan dibangun oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. 



    Referensi:
    • http://jewfaq.org/
    • http://myjewishlearning.com/
    • https://jewishvirtuallibrary.org/
    • http://mandaean.dk/
    • http://monachoscorner.weebly.com/
    • http://sinodegki.org/
    • http://katolisitas.org/
    • http://ibnyusof.blogspot.com/
  • 0 komentar:

    Posting Komentar